Kamis, 17 Februari 2011

KARYA ILMIAH

PERAN PENDIDIKAN DALAM MEMBANGUN

KARAKTER UMAT

KARYA ILMIAH




OLEH :

ANTERI

NIMKO : 1215.08.0966

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) NATUNA

TAHUN 2011

KATA PENGANTAR

­ Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kesehatan, dan kesempatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Sumber pemikiran ini berasal dari berbagai kelakuan yang timbul dari pihak baik kalangan remaja maupun orang dewasa yang berbuat tidak sesuai dengan kadar pendidikan yang dimilikinya.

Dalam karya ilmiah ini, saya sebagai penulis ingin memberikan informasi tentang peran pendidikan yang dapat membangun karakter umat dan cara-cara agar tak terjebak dengan perkembangan zaman pada saat sekarang ini.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini. Atas dorongan mereka semua, karya ilmiah ini dapat selesai.

Semoga naskah ini dapat berguna bagi pembaca, terutama bagi para Mahasiswa yang berada di STAI Natuna .



Penulis

ANTERI


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................4

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………...6

C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………7

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………..8

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan dan Karakter ..........................................................9

B. Membangun Karakter ……………………………………………………12

C. Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Umat ………………….13

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..........................................................................................19

B. Populasi dan Sampel .................................................................................19

C. Rancangan Penelitian ................................................................................19

D. Instrumen Penelitian ..................................................................................20

E. Teknis Analisis Data .................................................................................20

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...............................................................................................21

B. Saran .........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses di dalam menemukan transformasi baik dalam diri, maupun komunitas. Oleh sebab itu, proses pendidikan yang benar adalah pendidikan yang akan menjauhkan kita dari keterpurukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman. Dari sinilah kita semua akan terbebas dari berbagai masalah secara konfrehensif dari ikatan-ikatan yang terdapat diluar dirinya atau dikatakan sesuatu yang mengikat kebebasan seseorang.

Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap umat manusia, karena tanpa adanya pendidikan sangat mustahil suatu komunitas manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan cita-citanya untuk maju, mengalami perubahan, sejahtera dan bahagia sebagaimana pandangan hidup mereka. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana pencapaiannya. Hal ini telah termaktub dalam al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 :




Artinya :

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan[1]

Relevan dengan hal tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan yang hendak dicapai. Buktinya dengan penyelenggaraan pendidikan yang kita alami di Indonesia. Tujuan pendidikan mengalami perubahan yang terus menerus dari setiap pergantian roda kepemimpinan. Maka dalam hal ini sistem pendidikan nasional masih belum mampu secara maksimal untuk membentuk masyarakat yang benar-benar sadar akan pendidikan. Masalah yang timbul dikarenakan karakter dari pendidikan itu sendiri tidak dimiliki oleh peserta didik.

Melihat fenomena yang terjadi pada saat ini, perlu adanya pendidikan yang benar-benar dapat membangun karakter umat. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

Dalam karya ini, saya ingin memperlihatkan bagaimana keadaan pendidikan yang sangat memprihatinkan dari berbagai karakter. Dan, saya juga ingin memberikan manfaat serta cara-cara bagai mana pendidikan itu sehingga bisa membangun karakter umat, sesuai dengan judul karya ilmiah ini.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan secara ringkas dan jelas, latar belakang masalah penelitian ini, yakni :

1. Permasalahan pendidikan dan karakter umat pada saat sekarang ini.

2. Perlunya mencari cara-cara penyelesaian dari berbagai macam masalah yang ada dalam membangun karakter umat.

3. Memberikan manfaat dan pengubah pola pikir respon pembaca terhadap peran pendidikan dalam membangun karakter umat dengan baik .

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikemukakan dalam karya tulis ini adalah problematika pendidikan dan karakter umat pada saat sekarang ini. Hal-hal itu harus dapat dibuktikan dengan pemikiran yang benar dan tepat.

Bagaimanakah pendidikan itu bisa membentuk karakter , hubungan sesama manusia dan dengan sang pencipta , jika ada dan tidaknya peran orang tua, keluarga, guru, masyarakat, dan media pendidikan dengan cara membandingkan antara perilaku setiap masyarakat dengan perbedaan pada tipe status sosial pendidikan yang dimiliki setiap masyarakat, untuk mengetahui mana yang menunjukkan hasil baik dan mana yang menunjukkan hasil yang buruk.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah ada pengaruh dari kepribadian yang dimiliki oleh seseorang terhadap prilakunya dalam kehidupan sehari-hari , serta dengan peranan dan bimbingan pendidikan dari orang tua, guru, masyarakat, atau media pendidikan akan membawa sikap dan perilaku dari setiap umat lebih baik ke depannya nanti ?”.

Penelitian ini hanya dilaksanakan pada kelompok usia remaja dan dewasa saja pada tahun 2011, dengan populasi kelompok BI 1 dan BR 2.

Sementara, pengujian dan pengumpulan data dilakukan dengan cara perbandingan dalam satu waktu tertentu.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menegetahui seberapa besar perbedaan karakter yang dimiliki setiap

Umat manusia yang berpendidikan.

2. Mengetahui seberapa kuat pendidikan itu bisa merubah karakter setiap umat.

3. Mengetahui seberapa kuat pengaruh dari orang tua, guru, peran

masyarakat, dan media pendidikan dalam membentuk karakter umat.

4. Memberi motivasi kepada orang tua, guru, peran masyarakat, dan media pendidikan supaya lebih santai dan lebih benar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan pendidikan demi membangun karakter umat.

5. Mengetahui cara-cara pencegahan dan penyebaran terhadap pengaruh

Karakter yang kurang baik agar lebih bermanfaat dan bagi dirinya dan orang banyak.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini juga bermanfaat untuk :

1. Memberikan informasi ke orang tua, guru, masyarakat, dan media pendidikan bahwa penelitian ini dapat digunakan untuk menyikapi, menanggulangi, dan menyadarkan setiap umat yang berpendidikan.

2. Memberikan semangat baru dalam memperoleh pendidikan, termasuk di rumah,di sekolah dan dalam lingkungan masyarakat.

3. Memberikan pengetahuan yang lebih baru dan lebih luas tentang peran pendidikan dalam membangun karakter umat.

4. Memberikan rasa percaya diri dan keberanian terhadap pendidikan yang dimilikinya.

5. Memberikan rasa lebih berhati-hati dan lebih peduli dengan lingkungan pendidikan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan dan Karakter

a) Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata pedagogi (paedagogie, Bahasa Latin) yang berarti pendidikan dan kata pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu ‘Paedos’ (anak, pen) dan ‘Agoge’ yang berarti saya membimbing, memimpin anak. Sedangkan paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang (pemuda, pen) pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa, pen) ke dan dari sekolah. Perkataan paedagogos yang semula berkonotasi rendah (pelayan, pembantu) ini, kemudian sekarang dipakai untuk nama pekerjaan yang mulia yakni paedagoog (pendidik atau ahli didik atau guru). Dari sudut pandang ini pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.

Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan Iman. Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah menjadi berbudaya dan bermoral.

Sedangkan pendidikan dari defenisi maha luas adalah segala pengalaman belajar yang langsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.[2]

Banyak rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

a. John Dewey : pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan mendasar secara intelektual dan emosional sesama manusia.

b. JJ. Rouseau : Pendidikan merupakan pemberian bekal kepada kita apa yang tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita butuhkan pada saat dewasa.

c. M. J. Langeveld : Pendidikan merupkan setiap usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi dan membimbing anak ke arah kedewasaan, agar anak cekatan melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Menurut Langeveld pendidikan hanya berlangsung dalam suasana pergaulan antara orang yang sudah dewasa (atau yang diciptakan orang dewasa seperti : sekolah, buku model dan sebagainya) dengan orang yang belum dewasa yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

d. John S. Brubacher : Pendidikan merupakan proses timbal balik dari tiap individu manusia dalam rangka penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan dengan alam semesta.

e. Kingsley Price mengemukakan: Education is the process by which the nonphysical possessions of culture are preserved or increased in the rearing of the young or in the instruction of adults. (Pendidikan adalah proses yang berbentuk non pisik dari unsur-unsur budaya yang dipelihara atau dikembangkan dalam mengasuh anak-anak muda atau dalam pembelajaran orang dewasa).

f. Mortimer J. Adler : pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.

Definisi di atas dapat dibuktikan kebenarannya oleh filsafat pendidikan, terutama yang menyangkut permasalahan hidup manusia, dengan kemampuan-kemampuan asli dan yang diperoleh atau tentang bagaimana proses mempengaruhi perkembangannya harus dilakukan. Suatu pandangan atau pengertian tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek pembahasan menjadi pola dasar yang memberi corak berpikir ahli pikir yang bersangkutan. Bahkan arahnya pun dapat dikenali juga.

Dari berbagai pandangan di atas dapat dilihat bahwa dikalangan pakar pendidikan sendiri masih terdapat perbedaan-perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan ahli pendidikan itu dan kondisi pendidikan yang diperbincangkan saat itu, yang semuanya memiliki perbedaan karakter dan permasalahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana (bertahap) dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala aspeknya menuju terbentuknva kepribadian dan aólaq mulia dengan menggunakan media dan metode pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[3]

b) Karakter

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.[4]

B. Membangun Karakter

Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa, sehingga `berbentuk' unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf dalam alfabet yang tak pernah sama antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau `berkarakter' tercela).[5]

C. Peran Pendidikan Dalam Membangun Karakter Umat

Sebelum kita mempelajari lebih jauh tentang peran pendidikan dalam membangun karakter umat, maka kita harus memahami terlebih dahulu tentang karakter.

Menurut Buku Personality Plus karangan Florence Littauer ada beberapa sifat atau karakter manusia. Nah, mungkin dengan mengenal sifat ini maka kita bisa mengenali diri kita sendiri untuk selanjutnya memahami watak orang lain di sekitar kita.

Menurut Littauer, sifat dan watak manusia itu ada empat macam. Pertama, Kolerik (ingin tampil ke depan, bersifat keras layaknya komandan tempur). Kedua, sanguin (periang, hampir tak pernah kelihatan susah namun pelupa dan selalu ingin mendapat perhatian orang lain). Ketiga, melankolik (serius, sistematis dan selalu memikirkan sebuah tindakan masak-masak sebelum melakukannya). Keempat, plegmatis (pasrah, tidak suka bertengkar dan nurut saja mana yang paling mudah). [6]

Adapun cara sederhana memahami keempat watak dasar manusia itu :

1. Kolerik
Kalau menyelesaikan suatu pekerjaan maka seorang Kolerik akan menyelesaikannya dengan caranya sendiri (My Way). Dia sungguh kreatif, bahkan kalau ada manual sekalipun maka dia tidak suka menuruti manual tersebut. Pokoknya si kolerik akan berusaha menyelesaikan pekerjaan itu sampai tuntas. Syaratnya harus dengan cara yang diyakini olehnya benar bukan dengan cara orang lain. Hambatan apapun akan diterjangnya guna mencapai tujuan. Kolerik ini juga senang mengatur orang lain akan tetapi dia sendiri tidak suka kalau dipaksa-paksa untuk melakukan sesuatu.

2. Sanguinis
Bagaimana seorang Sanguin harus menyelesaikan pekerjaannya ? Ini susahnya. Orang Sanguin ini orangnya gampangan. Cara dia menyelesaikan pekerjaannya adalah dengan cara yang dianggapnya paling menyenangkan (Fun Away). Bagi dia kalau pekerjaan itu menyenangkan baginya maka dia bisa-bisa tidak ingat waktu. Sayangnya, sang Sanguin ini terkesan bertele-tele karena ingin selalu mencari celah-celah pekerjaan yang bagi dia bisa menimbulkan kegembiraan. Si Sanguin ini juga suka menunda-nunda pekerjaan bahkan kerap melupakan apa yang sudah dikerjakannya. Dia bekerja tanpa rencana dan cenderung menganggap remeh apapun yang dilakukannya. Sikapnya cenderung seenaknya. Kalau ada keramaian maka orang Sanguin selalu tampil paling menonjol, entah dari segi pakaiannya, teriakannya yang menarik perhatian orang atau tingkah lakunya yang nyentrik. Si sanguin ini bisa diibaratkan seorang anak yang terkurung dalam tubuh orang dewasa. Awet muda dan senang bermain-main.

3. Melankolik
Nah ini dia tipe pekerja teratur. Senangnya rapi dan sistematis. Dalam menyelesaikan pekerjaan maka seorang yang berwatak melankolik akan memilih cara terbaik (best way), bagaimanapun caranya. Kalau ada manualnya maka dia akan mengikuti manual itu 100 % benar. Dia bekerja sangat tekun dan serius, dan selalu menuntut hal yang sama terhadap anak buah atau rekan-rekannya. Kalau ada yang melenceng sedikit dari kemauannya maka dia akan murung dan muram sepanjang hari. Orang Melankolik ini cepat sekali tersentuh perasaannya. Hidupnya teratur dan kalau berpakaian selalu selalu rapi dan charming.

4. Plegmatis
Nah ini dia manusia yang paling menyenangkan bagi semua orang. Orang plegmatis ini nyaris tidak pernah marah. Senyumnya tulus. Hanya saja seperti orang yang tidak punya ambisi. Orangnya damai, dan tidak suka bertengkar. Dia juga pemalu dan cenderung tidak ingin menonjol di keramaian. Seorang plegmatis akan menerima pendapat orang lain apapun itu, meski belum tentu dia mengerjakannya. Kalau melakukan pekerjaan maka orang plegmatis akan melakukannya dengan cara yang paling mudah (easy way). Kadang-kadang dengan menempuh jalan pintas.

Setelah mempelajari berbagai karakter diatas, maka disinilah sela-sela pendidikan bisa berperan aktif dalam membangun karakter-karakter umat agar manuju kearah yang lebih baik.

Peranan sekolah dalam perkembangan moral dapat dan seharusnya besar sekali . bila tidak demikian, dapat terjadi bahwa seluruh aspek kebudayaan, sesuatu yang sangat penting, akan hilang. Sebab meskipun keluarga merupakan tempat yang paling tepat dan efektif untuk membangkitkan dan mengatur perasaan-perasaan mendasar yang sederhana dan yang merupakan dasar moralitas, dan lebih umum lagi perasaan-perasaan yang berkaitan dengan hubungan-hubungan pribadi yang paling sederhana, namun keluarga bukanlah lembaga yang didirikan dengan tujuan mendidik anak untuk dapat memenuhi tuntutan-tuntutan masyarakat. Dari batasannya saja keluarga bukanlah lembaga yang tepat untuk tugas itu.

Oleh karena itu dengan memusatkan perhatian kita kepada sekolah, kita menempatkan diri tepat pada titik yang harus dipandang sebagai pusat terpenting bagi perkembangan moralnya. Kita bertekad untuk menyelenggarakan sutu pendidikan moral yang benar-benar rasional, yaitu meniadakan semua prinsif yang berasal dari keyakinan agama.[7]

Demikianlah makna penting sebuah karakter dan proses pembentukkannya yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Ke arah yang demikian itulah pendidikan dan pembelajaran - termasuk pengajaran di institusi formal dan pelatihan di institusi nonformal--seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusia-manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya agar menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia yang utuh atau memiliki integritas.

KAJIAN PUSTAKA

Berbagai masalah sering terjadi berkaitan dengan karakter yang dimiliki oleh sesorang yang berpendidikan tinggi tapi memiliki perilaku dan kepribadian yang tidak mencontohkan terhadap pendidikan yang dimilikinya itu sebagai mana halnya yang terjadi di Indonesia saat ini. Sikap atau perilaku sopan santun, berbudi pekerti yang baik, jujur dan lain sebagainya sudah hilang dari diri mereka.

Semua permasalahan itu contohnya :

1. Kerusuhan

2. Pembunuhan

3. Perzinahan

4. KKN

5. Sombong

6. Angkuh

Semua itu dikarenakan pendidikan yang mereka miliki sama sekali tidak berfungsi sebagai penunjang karakter mereka, sehingga mereka melakukan sesuatu hal berlandaskan dengan hawa nafsu dan bukan dengan pendidikan yang di dapat dimana ia menimba ilmu. Mereka hanya mementingkan kepentingan sendiri atau golongan atau menuruti emosi atau juga mengandalkan ototnya saja, seperti terjadi kerusuhan dimana-mana yang akibatnya akan merugikan banyak orang.

Apalagi dengan pesatnya perkembangan zaman pada saat sekarang ini serta masuknya budaya dari luar yang sudah tidak bisa dibendung lagi sangat mempengaruhi karakter yang ada dalam diri setiap manusia sehingga hal ini akan membuat pendidikan itu sangat sulit untuk berfungsi untuk membangun karakter umat itu sendiri.

Gejala yang timbul akibat perilaku yang kurang baik samakin marak setiap tahunnya di Indonesia. Hal ini bisa kita lihat bagai mana kadang kala pendidikan itu disalah gunakan oleh umat manusia seperti para koruptor terjadi dimana-mana, dari tingkat atas sampai ketingkat bawah, apa lagi pada saat sekarang ini di Indonesia sering kita lihat sensasi para artis yang berperilaku sangat tidak sopan dan sangat tidak berakhlak.

Padahal kita ketahui bahwa mereka semua adalah orang yang berpendidikan dan harus mencontohkan kepada orang yang masih rendah tingkat pendidikannya agar motivasi terhadap pendidikan itu akan timbul dan fungsi serta peran pendidikan itu akan dapat memberikan asviratif kepada umat manusia sebagai mana yang dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. Pemimpinnya orang islam.

Didalam karya ilmiah ini, saya selaku seorang Mahasiswa yang sedang dalam proses mendapatkan pendidikan ingin memberikan gambaran keadaan akan pendidikan dan karakter umat pada saat sekarang ini. Saya juga ingin memberikan metode-metode dan tps-tips agar permasalahan ini dapat diselesaikan dengan jalan pendidikan itu dapat berperan sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori yang dahulu, maka dirumuskan suatu hipotesis. Hipotesis merupakan pernyataan sementara terhadap rumusan masalah. Adapunyang menjadi hipotesis dalam penelitian ini ialah :

: Terdapat perbedaan sifat, sikap, dan perilaku setiap umat dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, serta dengan fungsi peran pendidikan yang sesungguhnya dapat membangkitkan karakter mereka.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan besarnya perbedaan sikap, sifat, dan perilaku melalui perbandingan antara pendidikan yang dimiliki. Kelompok BI 1 mengawasi sikap, ucapan, dan perilaku orang yang berada di lingkungan yang baik. Sementara itu, Kelompok BR 2 mengawasi sikap, ucapan, dan perilaku yang berada di linkungan yang buruk. Hasilnya akan dikumpulkan dan akan disimpulkan.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah orang yang memiliki . Sampel dari penelitian ini adalah orang-orang baik yang memiliki pendidikan yang tinggi maupun yang tingkat pendidikan rendah dan tidak berpendidikan sekalipun. Sementara, yang menjadi tim pencatat laporan adalah orang disekitar itu juga, yang dibagi menjadi dua tim, yaitu :

1. Kelompok BI 1. Ditempatkan di lingkungan yang baik dalam jangka waktu enam bulan sebanyak lima orang

2. Kelompok BR 2. Ditempatkan di lingkungan yang buruk atau jelek dalam j angka waktu enam bulan sebanyak lima orang juga.

C. Rancangan Penelitian

Para anggota kelompok masing-masing akan tinggal dan beradaptasi di lingkungannya masing-masing.

Mereka disana mencatat setiap hari dan melaporkan setiap minggu. Kemudian, data itu dikumpulkan dan akan disimpulkan apakah sesuai dengan hipotesis penelitiannya atau belum. Bila tidak sesuai, akan diulangi atau dilakukan penelitian kembali.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat penelitian yang digunakan hanyalah buku catatan dan bolpin. Dengan alat-alat ini, diperoleh data dan hasil yang valid dan betul. Dan, selanjutnya dibuat laporan dengan cara pengetikan komputer.

1. Pengumpulan Data

Data-data laporan dari tim pencatat di lapangan yang dilakukan per minggu itu akan dikumpulkan menjadi satu dan akan disusun dalam satu buku. Kemudian data-data itu akan diurutkan menurut waktu pengambilan data. Barulah setelah rampung semua, data-data itu akan disimpulkan.

E. Teknis Analisis Data

Data kualitatif yang dikumpulkan per minggu oleh tim pencatat itu, kemudian diurutkan menurut waktu kejadian. Hasil-hasil ini yang bersifat valid atau nyata, ini kemudian disimpulkan kembali sampai sesuai dengan hipotesis penelitian. Apabila hasilnya tidak sesuai, maka harus melakukan eksperimen atau penelitian kembali mengenai masalah ini.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dikemukakan terdahulu dapat dinyatakan bahwa Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya). Lain halnya dengan individu yang berkarakter buruk dapat merugikan diri sendiri dan juga orang banyak.

Apabila pendidikan dapat memberikan peranannya secara tepat, maka hal itu dapat merubah posisi karakter setiap umat. Karakter itu akan berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan bukan malah sebaliknya dapat merusak citra pendidikan itu sendiri.

B. SARAN

Disarankan kepada para pembaca sebagai kependidika, agar tidak mudah terjebak dan terpengaruh terhadap fenomena perkembangan zaman sekarang, dengan cara membekali diri dan anak didik dengan pendidikan agama yang kuat dan wawasan yang luas, disertai dengan berbagai kegiatan yang berguna bagi diri mereka sendiri dan bagi orang lain.

Sedangkan kepada pembaca selain itu, saya ingin mengusulkan untuk selalu memberi contoh dan nasihat kepada para remaja, dan melaksanakan program-program latihan dan kegiatan untuk remaja, seperti karang taruna dan bakti sosial, agar menumbuhkan rasa saling menyayangi antar sesama umat manusia.

DAFTAR PUSTAKA

· Alqur’an surat al-Mujadalah ayat 11 hal 543

· Mudyahardjo, Redja (1998), Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

· Durkheim, Emile (2006), Pendidikan Moral : Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan Jakarta :Erlangga

· http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2043347-pengertian-pendidikan/

· Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta

· http://www.goodreads.com/story/show/14092-membangun-karakter

· http://ugm-club.blogspot.com/2007/07/karakter-manusia.html



[1] Alqur’an surat al-Mujadalah ayat 11 hal 543

[2] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998, hal 3

[3] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2043347-pengertian-pendidikan/

[4] Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta

[5] http://www.goodreads.com/story/show/14092-membangun-karakter

[7] Emile Durkheim, Pendidikan Moral : Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan ( Jakarta :Erlangga, 2006 ) hal 14